05 September 2008

UPACARA ADAT 1


ORE

Definisi
Ore adalah pesta yang paling utama dalam kehidupan seorang Witihama – Adonara, yang kalau bisa diadakan setiap tahun sejak berumur satu tahun. Ore berarti makan dengan nenek atau kakek yang kita bawa namanya atau memberi makan nenek-kakek. Ore dapat bertujuan memohon kesuksesan dalam karir maupun kesuksesan dalam berumah tangga, misal; setelah menikah ingin punya momongan.

Makanan untuk ore
Karena ore berarti makan dengan leluhur, maka makanan merupakan hal yang paling perlu diperhatikan. terdapat perbedaan makanan yang dihidangkan antara perempuan dan laki-laki;

Perempuan
Untuk perempuan dulunya hanya boleh ikan, tetapi sekarang sudah bisa dengan ayam betina (baik besar/kecil), kalaupun menggunakan ikan, maka ikannya harus ikan Buraken (kakap putih) karena baunya yang sedap, dan juga karena ikan ini berasal dari laut (merupakan sebuah kebiasaan utnuk memanfaatkan segala sesuatu yang berasal dari laut).


Laki-laki
Bahan makanan untuk ore kualitasnya lebih bagus; Ayam jantan yang besar.

Secara umum, ada beberapa ketentuan soal makanan, antara lain;
♪ Tidak boleh menggunakan babi atau kambing, karena dianggap sebagai hewan besar berdarah banyak dan boros.
♪ Untuk ayam, potongan ayam ada yang boleh dibelah ada yang tidak, ada juga yang hanya dibelah empat saja, tergantung kebiasaan disukunya.
♪ Masih untuk ayam, istimewanya; pada bagian mulut ayam dimasukkan jantung ayam (baik untuk perempuan maupun laki-laki sambil menyebutkan bukalah kepala ayam itu, makannlah jantungnya,,,ini memberikan makna hati yang dalam dan tulus.
♪ Sedangkan untuk ikan, harus satu ekor saja
♪ Kesemua hidangan tidak boleh di tapo sewut (makanan rebusan baik sayur atau daging dicampur kelapa)
♪ Hidangan untuk ore ini tidak boleh dimakan orang lain kecuali kalau setelah acara adat orang yang di ore sudah tidak mau makan lagi dan orang yang makan pun harus berjenis kelamin sama dengan orang yang di ore.

Minuman untuk ore
Hidangan yang juga sangat penting dan harus ada saat ore adalah tuak. Karena ada tata cara ”behi tuak” (menuang tuak) kepada leluhur yang dilakukan di ”rie hikun” (sudut rohani) dan jgua di wakilkan kepa yang di ore. Behi tua juga menjadi pembuka dalam upaca ore ini.

Tempat
Ore dilakukan di ”rie hikun” (sudut rohani), sajen di letakkan di temapat ini dan upaca adatpun di lakukan disini.

Pakaian
Ore merupakan acara adat yang terus menerus dilakukan sampai seseorang meninggal. Pada setiap pelaksanaannya orang yang di ore wajib mengenakan sarung tradisional. Laki-laki harus mengenakan Nowin dan perempuan harus mengenakan Kwatek. Sarung tradisional ini tidak boleh dilepas selama hari upacara adat ini dilakukan.

Waktu
Ore biasanya dilakukan di malam hari; karena malam hari adalah waktu yang dapat dihadiri oleh para leluhur, menurut kepercayaan; malam bagi manusia adalah siang bagi arwah para leluhur.
Ore juga dilakukan pada malam hari karena, biasanya sebelum ore, orang yang di ore harus melakukan ”tutu lilin” (membakar lilin di kuburan kakek-nenek)

Tata cara
1. Sebelum makan dengan leluhur akan dilakukan "oho" (rambut di basuh) dan juga pembasuhan di bagian perut
2.Lalu sebagai pembukaan, biasanya di ucapkan ” ge molo, menu molo, biar amalake inawae rae sawak watak piring tou untuk rak gelekat lewotana, nek menu rok nak” (makanlah lebih dulu, minumlah lebih dulu, biar laki-laki perempuan bekerja keras mencari rejeki untuk membangun kampung halaman)
2. Lalu di suapkan untuk kakek/neneknya terlebih dahulu, misal; ”nok, somi kedan nae kik”
3. Behi tuak untuk bahu lolo
4. Makan
5. Behi tuak
6. Makan sampai habis
7. Behi tuak
8. Penutup, biasanya di ucapkan ”nak, ge rok di kae ne, jadi tolong jaga kame dari brakra briha” (nah,,,perjamuan sudah dilakukan, maka tolong jaga kami dari sakit dan mara bahaya)

♪ Kalau yang di ore perempuan, dipimpin oleh ibunya. Sedangkan untuk laki-laki, di pimpin oleh bapaknya. kecuali kalau yang di ore perempuan dan orang tuanya tidak ada, maka ia boleh di ore oleh bapak tuanya.
♪ selama ore, tidak ada yang boleh bertamu, pintu rumah tidak boleh di buka. Jadi kalau ada yang datang biasanya disebutkan ”seh, aho wawe” dalam artian bakunya kalimat ini berarti ”pergi anjing babi”,,,tetapi ini tidak dimaksudkan kasar atau menghina. Kalimat ini berarti ”pergi kalian pengganggu”.

2 komentar:

Sosinus Tadon Aji mengatakan...

Weo...kebareka kae di mete oreka ulin?

salah satu tradisi yg hampir dilupakan termasuk saya.Membuat terkenang.salut untukmu.

Euis mengatakan...

Amane...goe nati mau di kan manuk terus ke nati balik lewo kaeneti ore..ti tolenet hae aet ne bwela nare...Manuk lehwo(ayam kAMpung)ke nati ke'e onet nanenggaku hena hae...ha..ha..