Tampilkan postingan dengan label Curhat Antropologi Pembangunan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Curhat Antropologi Pembangunan. Tampilkan semua postingan

18 September 2016

Siapakah Yang Menjadi Pengendali?



Membongkar dokumen dalam folder Menulis Untuk Memerdekakan dan menemukan tulisan kecil ini ....
"Ceritakan tentang kampung halaman" katamu suatu sore dari pulau Jawa kepadaku yang sedang mencari-cari langit senja di balik Ile Boleng - yang tidak pernah kutemui setiap kali kutunggui dia di pintu dapur. 

" Nanti saja kau baca tulisanku di blog,,, semua sering kutulis di blog kok" janji ku padamu adik kecilku yang seram - bagiku kau selalu lebih seram dari preman pasar meskipun setiap bulan kau selalu rebonding dan mukamu kau putihkan secara sengaja!!!

Dan inilah salah satu cerita itu, bukan tentang emas, intan atau permata

Tetapi tentang kapas!!! (yang mengingatkanku kembali pada ANT-teori jaringan aktor yang kubaca di akhir penulisan thesis ku--catat di akhir!! bukan di awal!! Teori ini bercerita tentang bagaimana benda-benda juga bisa mengontrol hidup aktor lain seperti manusia)

Begini ceritanya,,,,auuuuuuuuuuu (suara lolongan anjing hutan)

Pada mulanya adalah kapas,,,,kapas ini dahulu katanya banyak ditanam di daerah Witihama (kampung kita-mu Lamaleka bagian dari kecamatan Witihama) dan Koli, ada kapas dengan biji kecil dan kapas dengan biji besar ,,, hanya penenun sejati sajalah yang bisa membedakan kedua jenis pohon kapasnya....


Saat ini, sudah tidak gampang lagi mencari kapas, tetapi mama tua selalu bilang
“nabon tou di tou” artinya meskipun cuma satu, pasti masih ada pohon kapas

Disadari atau tidak, kapas adalah penghubung langit dan bumi,,,kalau kau ingin ketemu dengan nenek moyang, siapkanlah kapas . Kalau kau ingin menghadap nenek moyang untuk meminta maaf atas dosa - dosa mu, bawalah kapas lekatkan di lidah sampai ke hati mu. Jika kau mau berdamai dengan sesamamu,kapaslah perantaranya begitupun ketika menjadi kewatek, ia menjadi perekat sosial.

Kapas adalah penghubung waktu, kapas yang dijadikan benang ditenun dengan berbagai warna dan motif; di dalamnya tersirat pesan moral dan sejarah yang bahasanya mencuat mencari posisi eksis, tetapi maknanya hampir tertanam di kubur waktu.

Tanpa kapas,,, manusia Adonara tak dapat berkomunikasi dengan leluhur, apalagi meminta berkat dan kebijaksanaan, disinilah kemudian Antropolog stress akan bertanya Tanya; siapakah yang menjadi pengendali ,,, manusia atau kapas?

02 Juni 2016

Hotmix vs hot damn


Kali ini ,,,
Perjalanan menyusuri  "Tuan Atas Tanah, Tuan Atas Jantung" mendapat bala bantuan dari surgawi (begitu peri gosip menyebut kedatangan om brewok untuk membantu proses pengumpulan data ku kali ini). 

Peri gosip yang juga memaksa menyebut diri sebagai putri Shanghai dan sering mengaku sebagai cindy ini menyebut om brewok sebagai bala bantuan dari surgawi karena titik - titik sulit di daerah penelitian akhirnya ku jangkau bersama om brewok yang demi secuil pengetahuan alami - pengetahuan yang lahir dari tanah dan langit - seperti biasa tidak gentar menghadapi badai bahkan hujan petir sekalipun, apalagi jalanan terjal yang selalu membuatnya memaki tuan Bupati dimanapun engkau berada.

Kali ini, sakit hatinya bertambah,,, karena sepulang dari mengunjungi petani di sebuah desa yang jauh di atas gunung ,,, kami harus pulang mengantar sepeda motor yang kami pakai ke daerah yang katanya adalah daerah elit, “bupati tinggal disana cuy” dan jelas saja, tidak bisa disamakan!!! Jalanan ke rumah bupati pasti “hotmix” sementara jalanan ke rumah dan kebun petani selalu saja “hot damn”.


Ini pelajaran analisis standar, pertama kali kupelajari di organisasi tempat aku dan putri Shanghai menempa diri. Jalan dan infrastruktur lainnya hanya “dibagusin” kalau ada pejabat tinggal disana, berkali – kali turun untuk analisa sosial, selalu saja kenyataan ini yang ku temui.  Mungkin Cuma bisa di rubah, kalau setiap bupati yang menjabat di paksa buat rumah di kebun -  semacam rumah dinas bupati begitulah yang posisinya jauh di gunung di balik kebun, tapi yang dia punyai ya Cuma rumah dinas itu, jangan terus malah ekspansi dan membeli lahan disekitarnya. Dan jalan kebun itu mestinya ada jalur untuk pejalan kaki, binatang – kuda dan anjing – dan kendaraan. Supaya petani sehat bisa tetap jalan kaki santai ke kebun dan terhindar dari sakit jantung, dan hubungan petani dengan anjing penjaga kebun dan kuda pengangkut air tetap terjalin dengan baik.

Soal jalan ini, memang memancing panas dalam, Ernst Vatter dalam bukunya ata Kiwan sempat menuliskan tentang pribumi Lamaholot yang “malas” lewat jalan yang di bangun belanda karena “malas” ketemu belanda yang bisa saja mood nya lagi pengen nyiksa. Pasalnya:
Masyarakat pribumi harus bayar pajak 4-5 gulden pertahun oleh laki-laki dewasa yang mampu bekerja. Dan harus bekerja untuk umum selama 24 hari dalam setahun tiap kampung (herendienst) terutama untuk membuat dan memelihara jalan. (Vatter, 1984, p. 24)
Diakhir diskusi dengan om Brewok  jelang pilkada Flotim 2017 ini, akhirnya kami putuskan, kami akan sedikit berpikir melepas jubah golput kalau ada Tuan/Puan Bupati yang mau membangun rumah dinasnya di kebun. Selain demi memperbaiki jalan ke kebun, juga demi kemerdekaan dari Kebun untuk sebuah kemerdekaan kaum kecil dari atas meja makan!!!

PSomiKedan
2 Februari 2016
             

Daftar Pustaka

Vatter, E. (1984). Ata Kiwan. Ende: Percetakan Arnoldus.


05 Januari 2015

Satria Langit

Satria Langit

Kau, satria langit
Menatap bumi dari perahu awan dengan kacamata berlensa ganda

Terlahir dari rahim bumi
Membanting buku dan menunjuk lurus pada dunia demi sebuah kebenaran
Membeku di atas kemarahan tetua dan mencair di atas dinamika skhola
Berpura pura belajar atau melupakan tanggung jawab

Setiap langkah mu di bumi membentuk anak tangga menuju langit


Ada pengetahuan yang terkumpul disepanjang perjalanan
Ada keangkuhan yang juga mengepul di sebuah kesimpulan
Yang padanya tuduhan terlalu idealis kemudian tertumpah ruah



Pertarungan Satria Langit

Kemerdekaan hanyalah ilusi
Buah pertarungan para satria langit

Mereka yang tak memiliki sayap imajinasi; melenggangkan tarian kebebasan atas petunjuk gaib dari para satria langit: Iklan, Agitprop dan Dongeng

Dalam setiap pertarungan, selalu ada kebenaran yang di kecam atau ketidakadilan yang di agungkan
Dalam setiap pertarungan, selalu ada satria yang dihancurkan pena dan pedangnya

Dalam diri seorang satria langit, ada ideal merdeka yang tak dapat di hancurkan ruang dan waktu!

23 Mei 2012

Ketika Utilitarianism Pacaran Dengan Deontologian

Akhirnya aku mendapatkan waktu menuliskan cerita yang di buat agak berlandaskan teori ini, padahal sebenarnya cuma mau nulis gak jelas alias kabur dari dunia nyata.

Namanya kuliah Ethics and Social Science, jadwalnya hanya dua kali seminggu, tetapi karna jadwalnya jam 15.30, maka jadilah aku beberapa kali tak masuk kelas karena ketiduran dan beberapa kali ketiduran di kelas, tentu saja hasilnya juga seadanya, beda dengan teman ku yang suka menyeruput kopi Abahnya, nilai etikanya gilang gemilang seperti  matahari pagi di bulan September yang sering berpendar menembus ranting-ranting pinus di jalanan menuju Nieuwe Kazernelaan, penginapan mahasiswa kami saat pertama tiba di Wageningen.

Kelas ini membahas beberapa pendekatan etika yang di gunakan dalam dunia ilmu sosial (seandainya saja kelas ini tentang etika dalam dunia ilmu goib), dua diantaranya adalah pendekatan Utilitarianisme dan Deontologian. Seperti biasa,,,,anganku melayang memperkosa teori-teori ini :)

Menurut profesor Belt yang mengajar, pendekatan Utilitarianisme adalah cara berpikir yang pada dasarnya menilai sesuatu sebagai benar atau salah berdasarkan pada konsekuensi dari tindakan tersebut, sebuah aksi dikatakan benar atau baik jika ia memberikan dampak baik. Sementara pendekatan Deontologian akan menilai sebuah tindakan sebagai  benar atau salah tergantung pada niat dari pelaku terlepas tindakan tersebut berdampak baik atau buruk.


Nah, apa jadinya kalau ada dua orang keras kepala dengan aliran sesat berbeda ini pacaran?

U (Utilitarianisme): (ditelefon) Kenapa kemarin tak jadi video call-an?
D (Deontologian) : Saya lupa
U: Kok lupa? kau tau aku sudah bersusah payah untuk online! tapi kau ini cuek sekali, seenaknya saja lupa! kau ini tidak perduli ya???
D: bukan saya tidak perduli! saya tidak niat menelantarkan kau, saya lupa ya lupa, itu saja!
U: lupa kan karena tidak perduli!
D: tidak perduli bagaimana? kan saya sudah niat skype! tapi lupa! itu saja! tidak usah pikir macam-macam!
U: apa gunanya niat kalau kau lupa! kau memang tidak perduli!

D: memilih mematikan telpon ketimbang matiin pacarnya :)
U: memilih mematikan cintanya dari pada di "lupa" kan :)

24 April 2012

Antropologi ough Antropologi


Benar kata orang bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 2012,,,nafsu birahi ku belajar Antropologi menemui puncaknya di periode ini, dan kiamat ku benar-benar terjadi pada tahun ini.
Dosen tak terlalu tampan yang sering berakrobat dengan tubuh (dia benar-benar sering loncat dan kadang melakukan tendangan tanpa bayangan di depan kelas) dan pikirannya di depan kelas itu telah membunuh naluri keceriaan masa remaja ku,,,,,,,,,dan hari-hari berikutnya adalah;
  • hari-hari yang terperangkap dalam modernity
  • hari-hari tanpa boundaries; batas
  • hari-hari mencari agency;kapabilitas
  • hari-hari mempertanyakan perlunya sebuah negara
  • hari-hari menggunakan Etnografi sebagai satu-satunya jalan memahami gejala kehidupan yang juga patut di pertanyakan
  • hari - hari melihat perilaku anak, perempuan dan orang dewasa dalam kehidupan yang makin tak tentu saja kelihatannya
  • hari-hari mengidentifikasi Dramaturgical model
  • hari-hari yang penuh mimpi "indah" tentang apa jadinya hidup tanpa antropolog
  • hari-hari yang menjauhkan ku dari kesenangan melamun dan menghayal di dalam kelas, karna dosennya selalu bertanya dan penasaran setiap kali aku tak bersuara di kelas :/
  • hari-hari merindui emak, masakannya dan perhatiannya yang berlimpah ruah
  • hari-hari menginginkan makan nasi padang lebih dari sebelumnya
  • hari-hari dipenuhi flu, fusing dan demam