03 Maret 2017

Sebelum Musim Dingin Ini Benar Benar Berlalu

Menikmati salju memang tak pernah mudah jendral!! Foto - foto berikut ini di ambil dalam keadaan waras, flu berat nyaris mimisan, tenggorokan nyeri dan panas tubuh yang tak menentu, serta harus di bagikan sekarang juga, sebelum musim dingin benar benar berlalu.

Setelah penantian dari bulan November, salju itu tidak juga datang ke Leiden, akhirnya bulan Februari, bersama seorang teman, saya memutuskan untuk mengepak makanan dan pakaian menuju Mount Titlis ,,, akhinya kaki mungil ini berhasil menginjakkan dirinya di salah satu bagian dari pegunungan Alpen, bukan cuma menginjakkan, tetapi juga menghentak hentak sambil cengengesan, lompat lompat alay dan tetap merasa sedikit lebih hangat dengan balutan kewatek 😉.

Serius, saya punya belasan stok pakaian dari kewatek untuk membaluti tubuh saya, setiap memakainya saya selalu berucap: dengan kain yang di buat oleh semua emak emak di Adonara ini, biarlah Lewotana ikut menjaga jalan yang sudah pasti tidak mudah ini, penuh dengan stress, kelabilan, kadang kadang badai (sampai 200 km per jam) dan sering di isi dengan kegilaan ini (curhat 😥).




Akhirnya, di ujung musim dingin, salju itu datang juga ke Leiden, setelah berkali kali di sumpahi untuk segera tiba!!! Dan bukan cuma buruh migran seperti saya, warga lokal juga berhamburan keluar rumah untuk menikmati salju yang konon tidak selalu sehebat ini di Leiden. Betul saja, salju yang hebat itu hanya datang di hari sabtu dan minggu, karena di hari senin, ia sudah hilang tak berbekas, bahkan orang orangan salju sudah berganti menjadi setupuk lumpur dengan sedikit sisa es yang tak berbentuk lagi. Seperti juga cintamu yang selalu meleleh di hadapan ketidakterorganisiran, ego dan ketidak warasanmu, ngalantur lagih.

Musim dingin kali ini benar-benar dingin, dinginnya menusuk sampai ke dalam jantung yang sepi, membeku kan otak dan darah serta membuat kaki basah menjadi kaku menjelma darah beku-literarly-. Satu satunya cara untuk membuat peredaran darah lancar adalah dengan tidak lupa meminum wedang jahe, makan makanan Endonesah yang kaya rempah rempah sambil menelfon emak,,,,supaya tetap bisa membayangkan masakan padang emak meski yang saya makan adalah masakan padang padangan 🤐


Moorspoot adalah satu dari dua pintu masuk kota Leiden yang masih tersisa sampai hari ini (konon kabarnya dulu ada sekitar 8 gerbang kota). Dibangun tahun 1669, gerbang kota yang kelihatan megah ini dulunya juga berfungsi sebagai penjara dan tempat menggantung kriminal, ajaib kan!!🤔
                             

Molen De Put
Setahun yang lalu di depan molen ini ada taman bermain anak - anak, tetapi sekarang tempat bermain itu ludes, tinggallah sedikit tanah lapang bersama sebuah lingkaran kecil bertuliskan nama nama kuburan di Indonesia.
Mungkin, itulah kenapa saya menyukai tempat ini, ada bau - bau Indonesianya, meski hanya dalam bentuk nama-kuburan pulak 😑






The Rembrant Park!!! begitu saya senang menyebutnya, berada di depan rumah masa kecil Rembrandt, taman kecil ini di isi lukisan, figura beton the rembrant dan patung the rembrant kecil yang pernah saya coba ajak bicara bahkan nyaris saya curhatin.

Fiuh,,,,jaman dulu, jaman di mana naluri antropologi benda masih benar benar belum bisa saya lepaskan -mungkin sampai sekarang- bukan cuma patung, angin dan hujan juga saya ajak bicara, hanya salju yang selalu sial karna selalu saya sumpahi untuk cepat datang dan cepat pergi begitu flu berat sudah menyerang.



Diantara perpustakaan dan Kitlv ,,, ini jalanan yang paling romantis, jalanan yang selalu menjadi tujuan utama saat dulu masih di Wageningen dan sampai sekarang, saya selalu suka menjadi setrikaan diantara bangunan - bangunan yang menyimpan banyak cerita, foto bahkan video nenek moyang ini. 
#finger-cross: semakin dekat pada mimpi mimpi terang



Hortus Botanicus di lihat jauh dari belakang ya seindah ini ketika ditutupi salju 😎,salah satu taman botanical tertua di Eropa barat ini di bangun tahun 1590, kabarnya di dalamnya ada 700an tanaman dari Jepang dan Cina, kabarnya. Karna entah kenapa, saya tidak pernah benar benar singgah dan menyusuri taman nya.

Molen De Valk
Tempat bermain segala musim yang di bangun tahun 1743 ini sudah mengalami penyempitan, kalau dulu, bersama seorang teman asal palembang yang jago masak, rajin beribadah dan rajin menabung, kami bisa piknik, tidur siang dan main petak umpet (dari kehidupan) di taman ini, sekarang taman kecil itu sudah tidak ada lagi kawan!!!. Kau mungkin akan menyebutnya sebagai detamanisasi 😒


Akhirnya, terimakasih musim dingin 2017 yang penuh dengan sensasi, selamat datang badai doris yang mengantarkan musim semi dengan sangat dramatis dan selamat datang kembali matahari (meski hangatmu selalu terasa palsu di negeri ini). Selamat berpuasa dan pantang untuk emak dan semua umat yang sedang menunggui Paskah. Tetaplah indah hidup mu di segala musim!!!

Tidak ada komentar: