Sesaat yang kadang pilu kadang tragis kadang bengis
Sesaat yang kadang indah kadang Berjaya kadang cengegesan
Sesaat yang sangat berharga,,,,,
Dan ditiap dentuman nafas ini
Aku ingin menikmati kemerdekaan, kesederhanaan dan kebahagiaan
Memilih Sawahlunto untuk tujuan perjalanan kali ini karena dekat Silungkang – pusat tenun yang pernah berjaya di Asia Tenggara –
Kunjungan pertama ke Sawahlunto kali ini (14 September 2010) di buka dengan rasa kesal, museum-museum tutup Sabtu dan Minggu di bulan puasa ini, padahal info dari petugas dinas pariwisata sawahlunto mengatakan; hari sabtu dan minggu museum tetap buka,,,,,menyebalkanL
Dengan demikian, Gedung Info Box (yang kabarnya adalah tempat pertama yang wajib dikunjungi untuk mengetahui tentang Sawahlunto), Museum Gudang Ransum (mantan dapur umum pabrik Ombilin yang sekarang jadi galeri etnografi, ruang audiovisual, ruang konservasi, galeri kontemporer, pusat ilmu pengetahuan,dll), Museum Kereta (yang dulu dibangun Belanda untuk memperlancar arus tambang batu bara Ombilin), Lubang Suro (bekas penambangan batu bara yang terletak tepat di bawah kota Sawahlunto),,, SEMUANYA TUTUP!!!
Meskipun “langkah kida” (langkah kiri) karena semua tutup, tetapi perjalanan apalagi Sawahlunto tak bisa disia-siakan!
Dari Pendi aku tahu tentang Taman Satwa(TamSa) Kandi, kebun binatang yang belum jadi ini posisinya agak serem, jalanan menuju TamSa seperti jalanan menuju kemp yang baru dibuka, tidak di aspal dengan semak dan hutan dikanan kirinya.
Baru dibangun pada tahun 2008, jumlah satwanya sampai saat ini masih 109 ekor dari 36 spesies jadi cuma ada kelinci, kancil, burung, babi, landak, buaya, ular, monyet dll, serta unta yang sombong….
Bukan hanya memfasilitasi satwa, taman ini juga memfasilitasi orang-orang yang ingin tau rasanya jadi satwa :p bergelantungan di flying fox, atau sekedar memuaskan hasrat teriak-teriak di point ballnya.
Ongkos angkutan Padang-Sawahlunto : Rp. 15.000,-
Ojek museum ransum - taman satwa : Rp. 10.000,-
Karcis masuk museum : Rp. 4.000,-
Bekas Tambang Ombilin
Tak jauh dari TamSa Kandi ada danau buatan hasil galian tambang Ombilin, yang sekarang jadi tempat nongkrong pasangan muda-mudi di Sawahlunto.
Sawahlunto berbukit-bukit seperti obat nyamuk, pusat
Taman Kota, Pasar, Perpustakaan dan Gedung Pertemuan
Di tengah
Pasar di Sawahlunto kecil sekali, seperti pasar di
Buktinya,,,aku ingat melewatkan begitu saja bangunan tua rumah cina yang dulunya merupakan tempat pertemuan pelajar melayu, aku juga melewatkan perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum, semua karena jalan dalam keadaan lapar mampusL
Tenun Silungkang dan Sawahlunto
Hari sabtu adalah hari pasar, artinya KEMUNGKINAN pabrik atau toko tenun di Silungkang tutup karena orang-orangnya ke pasar Sawahlunto, info ini kudapat dari pengelola toko tenun yang murah info dan gak serem sama pengunjung kere yang mampir cuma untuk nanya-nanya, foto-foto dan protes-protes,,,J
Ternyata, tenun Silungkang (seperti kain lain asal Sumatera dengan cirri khas benang emas dan peraknya) mendapatkan benang emasnya dari
Tenun pabrik Silungkang :Rp. 100.000,-
Baju kaos silungkang :Rp. 45.000,-
Tenun ikat silungkang :Rp. 400.000 – 2.500.000,-
Sarung katun benang 4000 :Rp. 60.000,-
Sarung katun benang 3000 :Rp. 50.000,-
Sarung sutra : Rp.125.000,-
Selain tenun ikat, Sawahlunto juga memproduksi kerajinan patung dan ukiran dalam berbagai bentuk dan harga yang terbuat dari batu bara.
Kalau masih ada nafas,,,,,aku ingin ke Sawahlunto lagi, mencobai, melihat, mempelajari dan memakan semua yang belum sempat!!!
Kalau gak ada nafas, yaaa terpaksa nebeng nafasnya Jhonny Deep
2 komentar:
we'll be side by side for the next journey..either at Jakarta, Bogor, or Bandung..and last but not least..Padang.. And at the end, we'll be side by side at European Cities...
deeeeeeeeeeeeaaaaaaaaaaaaalllllllllllllllllllllllll!!!!!!!!!!!!!!
Posting Komentar