09 Agustus 2010

Anak pinggir sungai Sarasah belajar tanggap darurat


SD 11 Sarasah Kampung Pinang, Bungus Timur - Padang - Sumatra Barat,,terletak diantara lembah Bungus ,,,tempatnya sangat terpencil, dan hubungan dengan dunia luar hanya lewat jembatan tua yang tak dapat di lalui kendaraan roda empat,,,kalau jembatan ini rusak maka terputuslah hubungan SD 11 Sarasah dengan dunia luar




Meski letaknya jauuuh dari kota sehingga perhatian dari pihak pemerintah ataupun lembaga lain sangat jarang karena sekolah ini sulit dijangkau ,,,anak-anak SD 11 Sarasah sama seperti anak-anak lain yang punya cita-cita dan berhak atas kesempatan meraih cita-cita mereka itu



Inilah bukti perhatian yang kurang itu,,,saat sekolah-sekolah lain di Bungus mendapatkan bantuan dari dalam dan luar negeri untuk memperbaiki sekolah yang rusak karena gempa,,,SD 11 Sarasah yang dibangun pada tahun 1982 luput dari perhatian dan sampai kini masih bertahan dalam kerapuhannya. Sejujurnya,,,kadang beberapa murid menjadi malu untuk mengekspresikan diri dan terlibat aktif cuma karena alasan "pakaiannya sobek", memang tetap ada yang berani maju sambil menutupi bagian dari pakaian mereka yang sobek.






Meski bantuan fisik tak kunjung tiba,,,82 orang total komunitas SD 11 Sarasah (guru, penjaga sekolah dan murid) tetap semangat,,,paling tidak, mereka belajar tanggap darurat bencana banjir yang sering melanda sekolah dan rumah mereka. Hal ini dilakukan sebagai bentuk siaga bencana dengan dukungan dari World Vision Indonesia dan Pusat Studi Antar Komunitas (PUSAKA). Berikut gambaran simulasi bencana yang dilakukan pada 7 Agustus 2010:
Ruang Kesehatan Tempat Mengobati Korban Banjir Bandang

Masyarakat dan Murid Di Pengungsian

Tim Evakuasi Anak SD 11 Sarasah, menyelamatkan korban yang terdampar di sungai

Simulasi berlangsung sangat serius dan dalam pandangan saya,,,inilah simulasi siaga bencana paling mengesankan yang dilakukan anak-anak, guru dan warga sekitar Sarasah,,,tampak sekali, sebagai daerah yang jauh dari pusat kota mereka sangat menghargai setiap perhatian dan kesempatan untuk belajar.

Anak-anak ini adalah pucuk-pucuk mimpi Indonesia, yang akan menjadi bagian dari perjuangan memerdekakan bangsa ini. Hanya jika kita orang-orang "dewasa" menghormati dan mengusahakan hak mereka untuk hidup, tumbuh kembang, berpartisipasi dan mendapatkan perlindungan.

Tidak ada komentar: