10 Januari 2008

Lamaleka


Lamaleka


A cup of desire

25 years living this live – alive is not a simple thing for me (5 years working in a part time job with low pay, haven’t finish my college after 7 years struggling with the stupid birocracy, have just find out the dark side of my life, an untouchable brokenhearted and desperately unsatisfied with the truth surrounds my society). Every thing surround me looks and smells like a rotten durian ( I don’t even like it when it’s ripe). Every night is a terrible night, every morning is a scary morning.

Somehow, someway I felt like someone kicking my ash and push me into the deepest darkness; naked and hungry.

Lucky me, before those curse happened, I already have all the best person in this world to be my friends.

They give their existence during my ups and down. They remains me about the searching of humans purpose of life, the main idea of why we live and having a chance to breathe the air. Thus, during the stormy seasons I keep trying to find the true meaning of my life and life it self.

Finishing the college, trying to find the new job, get along with my past and the society surrounds me didn’t answer something in my heart (which I don’t know what). My drought soul needs to be at home, my body and everything surrounds me is not comfortable enough as a home.

“I am crying, I wanna go Home,

I don’t feel at home right now,

My existence is more like a prostitute rather than a home,

I don’t know where and how to be or to feel at home

It’s just that, everytime I wanna be at home, I remember you LAMALEKA, that’s all” .

To be continued,,,,,,

Hedung





HEDUNG
Tarian Hedung merupakan tarian tradisional dalam budaya masyarakat Adonara. Tarian ini merupakan tari perang yang dulunya dibawakan untuk menyambut pahlawan yang pulang dari medan perang. Tarian ini melambangkan nilai – nilai kepahlawanan dan semangat berjuang yang tak kenal menyerah. Dewasa ini,tarian hedung yang merupakan salah satu tarian kebanggaan masyarakat Adonara juga dibawakan dalam acara; penyambutan tamu,pada pesta adat seperti; pembuatan rumah adat dan pernikahan dan pesta sakramen Imamat. Pada komunitas rantau di wilayah Jakarta misalnya, tarian ini juga dilakukan pada momen – momen persaudaraan seperti saat pembukaan/penutupan petandingan sepak bola antar orang Adonara, penyambutan Imam baru,Pesta Pernikahan, Penyambutan Tamu,dll.
GaMBar di Atas(koleksi pribadi)
Merupakan tarian Hedung yang dilakukan pada saat perayaan penyambutan Imam yang baru menerima sakramen Imamat di kecamatan Witihama desa Pledo.
Dalam tarian ini, para penari baik tua, muda/anak – anak yang terdiri dari kaum laki – laki dan juga beberapa kaum perempuan menggunakan berbagai perlengkapan yang biasanya digunakan para ksatria Adonara untuk berperang,yaitu :
1. Parang Adonara (Kenube witi Taran).
2. Tombak (Gala).
3. Perisai (Dopi).
4. Ikat kepala daun kelapa (Knobo).
5. Gemerincing yang diikat di kaki (Bolo’n)
6. Kain sarung tradisional ( Kwatek – untuk Perempuan,Nowi’n – untuk Laki – laki ).
Diiringi musik tradisional (dari gong,gendang dan irama bolo’n), para penari memperagakan gerakan yang mirip dengan orang yang sedang berperang. Mereka akan ”berperang” satu sama lain memperagakan duel dengan mengayunkan parang atau membuat ancang – ancang untuk melemparkan tombak.
Daftar Pustaka : www.students.ukdw.ac.id


06 Januari 2008

Bi daha go?

Matahari di atas kolam Limbah Karet, sebuah pabrik di Muara Bungo.
Matahari tidak pilih kasih.
Matahari diatas kolam limbah ini adalah Matahari yang sama yang selalu mengintip dari balik jendela kamarku setiap pagi, dan sering ku tunggu ciuman selamat malamnya di tepian pantai Padang.

Me and Friends


Dalam perjalanan waktu dan eksistensiku, persahabatan menjadi ide yang absolut.
Fraternitas menguatkan dan melemahkan pada saat yang selalu bisa disebut sebagai sebuah keindahan kemanusiaan,
aku bersemangat dan lunglai di bahumu sahabat,
aku menemukan tepian jiwa terdalam dan menyelami penerimaan diriku juga bersama mu sahabat.
Kita terbang dan melambung jauh membangun mimpi anak manusia tanpa ragu, karena dasarnya cinta sudah pernah kita cicipi dan akan kita bagikan kepada yang lain.

Bumi ini akankah cukup umurnya untuk menyimpan setiap kenangan tingkah laku anak-anak ini, yang berjalan, berlari dan terjatuh di setiap lekukan hidup dengan bergandengan hati, dan tentunya tetap tersenyum, meski sulit menangis, karena hati terlalu miris atas realita yang belum dapat kita sentuh dengan lembut.