10 Januari 2008

Hedung





HEDUNG
Tarian Hedung merupakan tarian tradisional dalam budaya masyarakat Adonara. Tarian ini merupakan tari perang yang dulunya dibawakan untuk menyambut pahlawan yang pulang dari medan perang. Tarian ini melambangkan nilai – nilai kepahlawanan dan semangat berjuang yang tak kenal menyerah. Dewasa ini,tarian hedung yang merupakan salah satu tarian kebanggaan masyarakat Adonara juga dibawakan dalam acara; penyambutan tamu,pada pesta adat seperti; pembuatan rumah adat dan pernikahan dan pesta sakramen Imamat. Pada komunitas rantau di wilayah Jakarta misalnya, tarian ini juga dilakukan pada momen – momen persaudaraan seperti saat pembukaan/penutupan petandingan sepak bola antar orang Adonara, penyambutan Imam baru,Pesta Pernikahan, Penyambutan Tamu,dll.
GaMBar di Atas(koleksi pribadi)
Merupakan tarian Hedung yang dilakukan pada saat perayaan penyambutan Imam yang baru menerima sakramen Imamat di kecamatan Witihama desa Pledo.
Dalam tarian ini, para penari baik tua, muda/anak – anak yang terdiri dari kaum laki – laki dan juga beberapa kaum perempuan menggunakan berbagai perlengkapan yang biasanya digunakan para ksatria Adonara untuk berperang,yaitu :
1. Parang Adonara (Kenube witi Taran).
2. Tombak (Gala).
3. Perisai (Dopi).
4. Ikat kepala daun kelapa (Knobo).
5. Gemerincing yang diikat di kaki (Bolo’n)
6. Kain sarung tradisional ( Kwatek – untuk Perempuan,Nowi’n – untuk Laki – laki ).
Diiringi musik tradisional (dari gong,gendang dan irama bolo’n), para penari memperagakan gerakan yang mirip dengan orang yang sedang berperang. Mereka akan ”berperang” satu sama lain memperagakan duel dengan mengayunkan parang atau membuat ancang – ancang untuk melemparkan tombak.
Daftar Pustaka : www.students.ukdw.ac.id


10 komentar:

Sosinus Tadon Aji mengatakan...

Somi Kedane,Sebelum di curi oleh Malaysia dan mengakui sebagai tarian mereka( bisa jadi kan banyak orang kita yg menetap di sana) anda termasuk salah satu penyiar budaya adonara.dan saya yang pertama mengucapkan terima kasih untukmu.....Mungkin saya belum kenal kamu,setau saya di Padang itu cuma ada Kak Ema dia pernah ke Samarinda,apakah anda masih di lingkungan keluarga tsb?

Anonim mengatakan...

Setelah melihat, mengamati, lalu menyimpulkan dan seterusnya menyarankan: Jangan jerah mempublikasikan budaya Lamaholot. Anda adalah salah satu putri asal daerah Lamaholot/Adonara yang telah peduli dengan kebudayaan sendiri. Mungkin

Mungkin kita pernah bertemu tapi maaf kalau saya tak pernah menegur anda. Sampaikan salam untuk orangtuamu. Saya sokong optimesme anda. Sampai nanti.

Anonim mengatakan...

Kemurnian dan ketulusan jiwa Adonara harus menjadi bagian penting dari proses pembelanjaran kearifan budaya lokal bagi para pemimpin dipusat yang Korup. salam

Anonim mengatakan...

Terimakasih telah mempublikasikan kayanya budaya Adonara, Lewotanah pasti memberkati.
biarkan parang panjang, tombak dan prisai adonara menjelma menjadi buku, pensil dan idealisme.
orang muda Adonara adalah jiwa-jiwa besar yang siap berkarya dengan segala ketulusan.

Anonim mengatakan...

terimakasih, foto hedung anda saya tampilkan di blog saya.

Anonim mengatakan...

terimakasih, kembangkan terus dan jangan pernah berhenti, kampung kita - kalo bukan kita , siapa lagi yang memajukan...salam buat pengunjung dan blogger lainnya.

Ancis mengatakan...

Jadi kepae koon lewotanhak pi, apa kabar? salam kenal e.... goe ata Adonara (barat) Wureh.

Thanks sudah mengangkat budaya titen Adonara.... mudah2 bisa mengangkat nama daerah kita.....


Salam hangat persaudaraan dari Surabaya

Petronela Somi Kedan mengatakan...

terimakasih atas dukungan dan komentarnya. salam hangat persaudaraan juga dari Salemba-Jakarta (saat ini)

harto mengatakan...

salam kenal

Petronela Somi Kedan mengatakan...

@harto:salam kenal juga