19 Desember 2010
Perempuan-perempuan di dunia ku
Perempuan - perempuan di duniaku, lahir tidak dengan nama keluarga, kami lahir dengan nama nenek kami. Orang tua perempuan dari ayah atau ibu kami. Mereka memberikan kami nama seperti nama ibu mereka, berharap kami mengikuti semua tabiat baik ibu mereka dan ibu mereka menjaga kami dalam palung kasih nya. Setiap setahun sekali atau setiap pulang ke kampung halaman, kami duduk makan bersama arwah nenek kami dalam upacara adat yang di sebut Ore dengan makanan khas tradisional yang tentu saja lezat. Ikan segar dari selat Flores.
Perempuan - perempuan di duniaku, menaruh keringat dan susu dalam satu cawan tempurung tempat laki-laki biasa meminum Tuak.Kami,bangun lebih dulu untuk meniti jagung, membuat teh dan mencuci pakaian keluarga. Sesaat sebelum matahari menampakkan ketangguhannya, bersama laki-laki di dalam keluarga kami pergi ke ladang, menggarap tanah yang dititipkan leluhur untuk menghidupi keluarga dan menjaga bumi kami. Saat matahari mulai menuruni bebukitan Adonara, kami pulang dan bersiap menyediakan makan malam.
Perempuan-perempuan di duniaku, menarikan tarian perayaan dan peringatan pada kehidupan yang di sebut Sole bersama semua nafas Adonara. Tetapi, jarang sekali dari kami dapat memimpin tarian ini. Kami juga mengangkat senjata bersama laki-laki dan anak-anak di negri ini dalam decak irama Bolon' Ado Darah. Mengangkat parang dan perisai untuk Hedung.
Perempuan - perempuan di duniaku, di hargai dengan gading gajah. Karna itu, laki-laki di keluarga kami takut sekali jika kami tak menikah dengan orang dari kampung halaman. Dengan di bungkus alasan takut kami tak bisa pulang. Yakinlah, setiap kami punya misi berbeda dalam hidup. Tidak hanya beranak dan bertanak. Kami tak seperti kerbau tanpa tujuan dan keinginan lain selain makan, tidur dan ditiduri. Kami juga bekerja keras untuk hidup ini. Kami juga seperti bagian lain dari nafas pulau ini yang belajar dan hidup dalam denyut penghormatan pada leluhur, adat dan semesta yang agung. Dan hidup kami bukan milik siapa-siapa selain kami. Kami berhak menentukan pilihan hidup kami. Seperti nenek moyang dan laki-laki di dalam keluarga, kami juga berhak menentukan lautan mana yang akan kami arungi, hanya amnesia yang bisa membuat kami lupa jalan pulang.
Perempuan-perempuan di duniaku, mati di dalam keluarga. Saat kami meninggal nanti, saudara laki-laki atau anak laki-laki dari saudara laki-laki kami lah yang akan menjemput dan menguburkan kami.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar