20 Desember 2011

Desa dan ketidakadilan, modal sosial, neo-endogenous, tengkulak dan anti-politik

Ile Boleng Dari Lamaleka, Adonara

Akhirnya sampailah kita di topik yang buatku sangat sulit dan hade hipo karena melibatkan beberapa hal baru dan membuat bolos dari kelas semakin sulit di.

Ketidakseimbangan Pembangunan, Modal Sosial dan Kebijakan

Topik ini bicara soal Ketidakadilan yang di alami desa, diantaranya adalah ketidakseimbangan pembangunan geografi, nah diantara kejadian norak ketidakadilan ini ada kekuatan desa yang di sebut modal sosial yang menentukan apakah desa tersebut bisa berhasil atau tidak, bahkan go international karena ada istilah baru yang disebut neo endogenous (intinya mah, ini soal identitas asli desa yang sudah dikembangkan dengan menggunakan modal sosial dan dukungan internasional) ada juga soal tengkulak yang memanfaatkan situasi, dan soal gerakan anti-politik sebagai bentuk protes masyarakat. Mari kita mulai satu persatuh;

a. Ketidakseimbangan pembangunan geografi ini terkait pelecehan yang di lakukan kota terhadap desa (ceileh), penulis David Harvey (2006) adalah seorang geograher marxist, jadi maklum saja kalau di tulisannya dia sampai berbusa-busa menyerang kapitalis sebagai otak di balik kemerosotan dan ketidak seimbangan yang dialami desa. Argumentasinya lumayan masuk akal, menurutnya beberapa kondisi dimana kapitalis menyebabkan ketidakseimbangan pembangunan geografi adalah; penanaman ide kapitalis di dasar lubuk hati setiap insan sehingga di jaman edan ini semua harus di hargai dengan duit, perampasan sumber daya; alam dan manusia-alamnya dieksploitasi dan manusianya di jadikan kelas buruh-, akumulasi waktu dan ruang dimana aktifitas kapitalis meluas menciptakan monopoli dan berjalan dengan prinsip mengekspolitasi atau membunuh, yang terakhir; dimana ada kapitalisme disitu ada perjuangan kelas buruh, tetapi saat ini perjuangan ini belum cukup berdampak. Di Indonesia, ini bukan hal baru sebenarnya, dimana ada sumber daya emas, batu bara dan minyak disitu penduduk desanya cuma jadi buruh dan alamnya dikeruk habis-habisan. Terakhir ya alam dan kehidupannya tenggelam dalam lumpur Lapindo tanpa ada yang mau bertanggung jawab (emosi jiwa sambil nyannyi lagu slank; balikin oh oh balikin, tanah guwe kayak dulu lagi, balikin oh oh balikin emas guwe kayak dulu lagi, elo harus tanggung jawab!!!!!!).

b. Modal sosial adalah aspek non ekonomi seperti jaringan yang dapat mendorong pembangunan yang menyangkut tempat dan identitas (Lee at all, 2005). Dalam hal menghadapi ketidakadilan pembangunan di desa, modal sosial ini dapat digunakan untuk membentuk gerakan bersama, memperluas jaringan menciptakan produksi khusus terkait identitas yang tidak bisa di produksi oleh daerah lain, misalnya; kwatek, jagung titi atau biji mete bahkan tuak juga bisa kita kaji kelayakan bisnisnya. Kalau di Itali contohnya ada Wisata Aggur-Tuscany Wine. Modal sosial ini hanya bisa dimanfaatkan jika ada jaringan untuk membangun gerakan bersama karena;
1. bersatu kita teguh bercerai kita runtuh (anonim)
2. sebenarnya sama aja,,,cuman yang ini lebih canggih, Karl Marx soalnya, dia pernah bilang sesuatu yang besar dan merorong hanya dapat di lawan dengan gerakan yang sama besar, tak pelak lagi, David Harvey juga mengusulkan demikian, membangun sebuah rencana kerja terorganisir dengan kekuatan bersama dari desa. go go go desa!!! pertanyaannya kemudian, mulai dari mana??????? ya mulai dari berkumpul bersama untuk mengidentifikasi Adonara Idyl dan anti idyll ^___^'''. Tapi sepertinya untuk kasus Adonara, terlepas dari semua teori, beberapa orang seperti tampak pada postingan - postingan kak Kamilus Tupen Jumat, sudah memulai gerakan ini; berkumpul bersama untuk menyusun strategi Adonara Berdaulat.

Lebih jauh, Oostindie (2008) menjelaskan bagaimana membangun modal sosial ini; dengan menguatkan dan membangun jaringan. Artinya menguatkan jaringan dengan kelompok internal misalnya; keluarga, suku atau kampung tanpa melupakan pembangunan jaringan eksternal nya. Menurut Ooostindie, akan sangat berbahaya sekali kalau jaringan internal dan eksternal ini berjalan tidak seimbang karena akan menciptakan ketidak seimbangan pembangunan misalnya ya; korupsi , nepotisme dan penolakan terhadap kegiatan pembangunan.

c. Neo-endogenous, kata rumit ini di sebutkan tanpa lelah oleh Ray (2006) dan Oostindie (2008), artinya bagaimana penduduk lokal memanfaatkan kapasitas lokal dan mengembangkan jaringan national dan international mereka dalam prosesnya. Keterlibatan pihak luar ini bukan untuk mendikte tetapi untuk berbagi informasi dan membangun jaringan yang lebih luas saja. Menurut Ray, kegiatan ekonomi di desa dalam hal ini di maksudkan untuk pengembangan sosial ekonomi; bukan semata-mata mencari untung, tetapi juga dijalankan dengan prinsip solidaritas dan partisipasi untuk tujuan bersama dan koordinasi ekonomi (koordinasi kedalam-koordinasi politik dan administrasi-dan koordinasi keluar). Nah, bisa tidak ya, Adonara seperti ini?

d. Tengkulak bukan cuma soal tengkulak yang menggerogoti petani, tengkulak dalam kacamata James (2011) (tidak lewat kacamata saya, karena saya gak pake kacamata) adalah orang-orang yang memiliki kelebihan kemampuan; akses, informasi, kapasitas bergerak di level yang berbeda, pintar, karismatik dan jaringan yang bagus yang membuat masyarakat secara langsung maupun tidak langsung melegitimasi keberadaan tengkulak ini (jadi bertanya-tanya, apakah saya juga tengkulak -_-'???). Sehubungan dengan ketidakadilan di desa, nah tengkulak ini memanfaatkan situasi bermain menjadi penghubung antara orang-orang di desa dengan orang luar dalam hal ekonomi maupun pemerintahan. Mereka menjadi perpanjangan lidah rakyat; petani, penenun, ibu-ibu atau anak-anak. Imbalan yang diharapkan oleh tengkulak adalah; keuntungan ekonomi, suara, kepercayaan dan nama besar. Kenapa kemudian tengkulak kesannya selalu negatif, karena menurut James, sebagian besar tengkulak, adalah; picik, manipulatif, tamak dan koruptor (James lho yang bilang, bukan saya) ^_^ *sambil mengingat-ngingat postingan di group tentang tengkulak, petani dan Adonara Kabupaten*.... Dan pembangunan bertujuan untuk meminimalisir jumlah tengkulak atau jumlah orang yang bercita-cita jadi tengkulak ^_^.

e. Anti-Politik adalah anti-demokratik, itu menurut Buscher (2010), jangan tanya ken-apa,,,go di koi hala :p . Tetapi setelah mengatakan demikian, Buscher kemudian menyebut anti politik sebagai strategi politik untuk menghadapai ketidakseimbangan pembangunan (pria yang tidak konsisten). Diantara contoh gerakan anti-politik ini adalah; strategi estetis yang menggantikan kata dengan gambar, drama dan kesenian lain, ada juga strategi populer yang membangun partisipasi komunitas lokal, strategi teknis yang menciptakan strategi super canggih dalam perencanaan pembangunan atau strategi pragmatis; dimana orang bekerja hanya selagi perkerjaan tersebut memberi untung. Kesemuanya ini dapat menjadi strategi untuk menentang ketidakadilan di desa tanpa harus masuk kedalam sistem perpolitikan. Padahal sebenarnya, ini juga namanya ra' plitika.

Nah, semua sudah di tuliskan tentang desa, apa itu desa, aktifitas yang ada di dalam dan luar yang mempengaruhi desa, ketidak adilan yang di alami desa dan juga tentang kekuatan utama di desa. Sekarang waktunya makan dan bersiap melancarkan strategi anti-politik menentang ujian hauahahhaah

4 komentar:

Tapal Batas mengatakan...

numpank copas mba...
buat baca-baca

Petronela Somi Kedan mengatakan...

baca-baca silahkeun sajah. panggil saya ina atau nela atau somi,,,jangan mbak.salam ^_^

Tapal Batas mengatakan...

ok...
inane...

Unknown mengatakan...

met sore ina.....paparan yang bagus, namun saya mohon pencerahan mengenai teori eksogen...banyak yang mengatakan klo eksogen mementingkan efektifitas dan efisiensi (top-down)
adakah nilai positif dari teori eksogen ini dan contoh kasusnya yang terjadi sekarang ini di indonesia tercinta.....terimakasih sebelumnya